Entri Populer

Jumat, 24 Desember 2010

Dalil – Dalil Tentang Adanya Adzab Dan Nikmat Kubur

   Beriman kepada perkara ghaib merupakan diantara kewajiban terbesar bagi seorang Muslim. Dan diantara iman kepada perkara yang ghaib ialah iman kepada setiap keterangan yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya yang menerangkan tentang apa yang akan terjadi setelah datangnya kematian, yaitu apa yang akan kita alami di alam kubur kelak.
Ahlu Sunnah wal Jama’ah, mereka beriman dan percaya dengan adanya siksaan dan nikmat yang akan terjadi di dalamnya sebagaimana ditunjukkan oleh nash-nash shahih yang ada.
   Disebut adzab dan nikmat kubur, karena ia bisa menjadi bagian dari taman surga atau bagian dari jurang neraka, sesuai dengan keadaan si mayit sebelumnya. Sekalipun mayat itu terbakar, tenggelam, dimakan srigala, ia akan mendapat adzab atau nikmat kubur sesuai dengan amalnya.
Dalil – dalil hukum syar’i yang menerangkan tentang adanya adzab kubur dan nikmat kubur terdapat di dalam Alqur’an dan hadits - hadits yang sohih dari rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam , baik dari perkataan, perbuatan maupun ketetapan beliau  .

       -   Dalil – dalil dari Al-qur’an :
 
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk.Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras". ( Q.S.Ghafir : 45-46)
Ayat ini jelas sekali menunjukkan tentang adanya adzab di alam kubur, karena  pagi dan petang tidak ada pada hari kiamat kelak. Begitu pula pada ayat di atas Allah Ta'ala menyampaikan kepada fir’aun dan kaumnya, bahwa mereka kelak akan disiksa pada hari Kiamat jauh lebih keras siksaanya dari siksaan yang terdahulu yaitu ketika mereka berada di dalam kubur.
    “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”. (Q.S. An-Nisa : 80)
    “Dan apa - apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”. ( Q.S. Al- Hasyr : 7)
     Dari ayat ini sangat jelas sekali bahwa Allah ta'ala  menerangkan kepada hambanya agar senantiasa ta'at dan patuh terhadap kekasih-Nya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Baik melalui perkataannya perbuatannya ataupun ketetapannya.
     Dalil-dalil dari sabda rasulullah shallahu 'alaihi wasallam:
    Add caption
    Adapun hadits shohih yang menunjukkan kebenaran adanya adzab dan nikmat kubur diantaranya :
    -         Bahwasanya Nabi  shallahu 'alaihi wasallam di dalam shalatnya memohon perlindungan dari adzab kubur dan memerintahkan para sahabatnya untuk berlindung darinya. ( H.R. Ahmad 2/237, Muslim  588, Abu Daud 983 )
    -         Bahwasanaya rasulullah shallahu 'alaihi wasallam setelah melaksanakan shalat gerhana matahari berkhutbah dan memerintahkan manusia agar memohon perlindungan kepada Allah U dari siksa kubur. ( H.R. Bukhari : 1361 ).
    -         Dari Ibnu ‘Abbas  bahwasanya Nabi shallahu 'alaihi wasallam berjalan melewati dua kuburan dan bersabda : “Kedua orang dalam kuburan ini sedang disiksa,  dan tidaklah mereka disiksa karena suatu hal yang besar, adapun salah satunya disiksa karena  dia tidak memelihara dirinya dari terkotori oleh air kencingnya, adapun yang kedua ia selalu berbuat namimah (mengadu domba), kemudian beliau mengambil pelepah daun yang masih basah dan membaginya menjadi dua kemudian masing-masing diletakkan di atas dua kuburan itu, kemudian beliau bersabda : "Semoga adzab mereka diringankan sampai dua potongan pelepah ini mengering".
            -              Dari Bara` bin ‘Azib ra, ia berkata, “Pada suatu saat aku pergi bersama Rasulullah saw mengantarkan jenazah seorang sahabat dari kalangan Anshar. Ketika jenazah tiba di kuburan, ternyata kuburannya belum dibuatkan liang lahad. Kemudian Rasulullah saw duduk menghadap kiblat dan kami pun duduk di sampingnya, seakan-akan di atas kepala kami ada seekor burung dan di tangan beliau tergenggam tongkat yang menancap ke tanah. Rasulullah saw mengarahkan pandangannya ke langit dan menundukkannya lagi ke tanah. Rasulullah saw melakukannya sampai tiga kali, seraya bersabda, “Mohonlah perlindungan kepada Allah swt dari adzab kubur.”

    Rasulullah saw menyerukannya dua kali atau tiga kali. Kemudian Rasulullah saw berdo`a:                                                                                                               

       “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur.” Beliau membacakannya tiga kali. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin, jika ia terputus dari kehidupan dunia lalu menuju kehidupan akhirat, niscaya akan turun kepadanya malaikat dari langit dengan wajah yang putih bersinar, sehingga seakan-akan wajah mereka ialah matahari, dimana mereka membawa kain kafan  kamper dari surga dan mereka duduk sejauh mata memandang, tidak lama kemudian datang malaikat maut dan duduk di samping kepalanya, seraya berkata : “Wahai ruh yang baik –di dalam riwayat yang lain: ruh yang tentram –keluarlah kamu menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya.” Rasulullah saw bersabda, “Kemudian ruh itu keluar menetes bagaikan tetasan air yang keluar dari mulut ceret, dan malaikat maut mengambalinya di dalam riwayat yang lain: hingga ketika ruh itu keluar- maka setiap malaikat yang ada di antara langit dan bumi dan juga setiap malaikat yang ada di langit mendo`akannya, kemudian dibukakan baginya pintu-pintu langit, dan tidak ada satu pun malaikat penjaga pintu langit kecuali mereka berdo`a kepada Allah supaya menaikkan ruhnya dari arah mereka.

       Ketika malaikat maut mengambilnya, maka ruh itu tidak dibiarkan berada dalam genggaman tangannya sekejap matapun melainkan mereka segera mengambilnya dan meletakkannya di atas kain kafan yang mereka bawa (dari surga) yang telah ditaburi kamper (dari surga), sebagaimana disinyalir oleh Allah swt dalam firman-Nya, “Ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (Qs. Al-Anh’am: 61). Kemudian menyebar dari dalam kain kafan tersebut bau harum bagaikan bau harum minyak kasturi yang pernah kamu temukan di bumi. Rasulullah saw bersabda, “Selanjutnya para malaikat membawanya naik (ke langit), dan tidaklah ruh itu dibawa melewati seorang malaikat pun, kecuali malaikat tersebut akan bertanya, “Ruh siapakah yang menyebarkan bau harum ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab, “(Ruh) fulan bin fulan”, seraya mereka menyebutkan sejumlah nama panggilan yang baik yang biasa dipanggilkan kepadanya sewaktu di dunia hingga mereka tiba di pintu langit dunia, mereka meminta dibukakan pintu kepada penjaganya, lalu penjaganya membukakannya untuk mereka, sementara seluruh malaikat penghuni setiap langit turut menghantarkannya hingga tiba di pintu langit berikutnya, dan mereka berhenti di langit ketujuh. Kemudian Allah berfirman, “Catatlah buku catatan amal hamba-Ku ini di ‘Illiyyin, “Tahukah kamu apakah ‘Illiyyin itu ? (yaitu) kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah).” (Qs. Al-Muthaffifin: 19-21). Setelah buku catatan amalnya dicatatkan di ‘Illiyyin, maka Allah berfirman, “Kembalikan ruh ini ke bumi, karena Aku telah berjanji kepada mereka, bahwa darinya Aku menciptakan mereka, padanya Aku mengembalikan mereka dan darinya Aku mengeluarkan mereka pada kesempatan yang lain.” Rasulullah saw bersabda, “Kemudian ruh itu dikembalikan lagi ke bumi, dan ruh itu dikembalikan ke dalam jasadnya.” Rasulullah saw bersabda, “Ia (jenazah itu) mendengar bunyi sandal sahabat-sahabatnya ketika mereka kembali (dari kuburannya).”

       Selanjutnya akan datang kepadanya dua malaikat yang keras bentakannya, seraya membentaknya serta mendudukannya. Kemudian keduanya bertanya kepadanya, “Siapa Rabb-mu?” Ia menjawab, “Tuhanku Allah.” Keduanya bertanya, “Apa agamamu?” Ia menjawab, “Agamaku Islam.” Keduanya bertanya, “Bagaimana mengenai seorang laki-laki yang telah diutus di tengah-tengah kamu?” Ia menjawab, “Ia adalah Rasulullah saw.” Keduanya bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan?” Ia menjawab, “Aku membaca Kitab Allah (Al-Qur`an), kemudian aku mengimani serta membenarkannya.” Kemudian salah satunya membentaknya, seraya bertanya, “Siapa Rabbmu?” Apa agamamu? Siapa Nabimu?” Hal itu merupakan fitnah (ujian) terakhir yang dihadapi seorang Mukmin, seperti diisyaratkan Allah dalam firman-Nya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia.” (Qs. Ibrahim: 27). Ia menjawab, “Rabbku Allah, agamaku Islam dan Nabiku Muhammad saw.”

        Kemudian terdengar suara penyeru yang berseru dari langit, “Sungguh benar hamba-Ku, maka hamparkanlah untuknya permadani dari surga, pakaikanlah kepadanya pakaian dari surga serta bukakanlah untuknya pintu menuju surga.” Rasulullah saw bersabda, “Kemudian ia mencium bau harum dan wewangian surga dilapangkankan baginya kuburannya sejauh matanya memandang.”

        Rasulullah saw bersabda, “Setelah itu datang kepadanya –dalam riwayat lain: diserupakan kepadanya- seorang lelaki berwajah tampan, berpakaian bagus serta menebarkan bau harum, seraya berkata, “Aku akan mengabarkan sesuatu kabar yang akan menggembirakanmu. Aku akan mengabarkan keridhaan dari Allah serta surga-surga yang di dalamnya penuh dengan kenikmatan yang kekal. Ini adalah harimu yang dahulu engkau dijanjikan.” Ia (jenazah itu) berkata, “Juga bagimu, semoga Allah mengabarimu dengan kabar yang baik, siapakah anda ini sesungguhnya. Dimana wajahmu mencerminkan wajah orang yang bersegera dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah serta menahan diri dalam maksiat kepada Allah, sehingga Allah membalasmu dengan kebaikan.” Setelah itu dibukakan kepadanya pintu surga dan pintu neraka, seraya dikatakan, “Ini tempatmu kelak, jika kamu berbuat maksiat kepada Allah, kemudian Allah menggantinya dengan tempat ini, dan ia melihat tempatnya kelak di surga, seraya berkata, “Wahai Tuhanku, segerakanlah kiamat supaya aku dapat berkumpul kembali dengan keluargaku dan hartaku.” Kemudian dikatakan kepadanya, “Diamlah dengan tenang.”

    Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang durhaka, jika ia mengundurkan diri dari kehidupan dunia dan terputus dari urusan akhirat, niscaya akan turun kepada para malaikat yang kasar lagi keras dengan wajah yang hitam pekat dan membawa kain kafan yang kasar dari neraka, kemudian mereka duduk di hadapannya sejauh mata memandang. Tak lama kemudian datang malaikat maut dan duduk di samping kepalanya, seraya berkata, “Wahai ruh yang jelek keluarlah menuju kemurkaan serta kebencian Allah.” Rasulullah saw bersabda, “Selanjutnya malaikat maut memaksa ruh tersebut berpisah dari jasadnya dan mencabutnya bagaikan mencabut besi tusukan daging yang banyak cabangnya dari bulu domba yang basah, dimana turut terputus urat-urat dan urat-urat syaraf bersamaan dengan tercabutnya ruh.

       Kamudian setiap malaikat yang ada di antara langit dan bumi dan malaikat yang ada di langit melaknatnya dan pintu-pintu langit terkunci, serta tak ada seorang pun malaikat penjaga pintu, melainkan mereka berdo`a kepada Allah supaya tidak menaikkan ruh itu dari arah mereka. Ketika malaikat maut mengambilnya, maka ruh tersebut tidak dibiarkan berada dalam genggaman tangannya sekejap mata pun melainkan mereka segera mengambilnya serta meletakkannya di atas kain kafan yang kasar tadi.

    Kemudian menyebar dari dalam kain kafan itu bau busuk bangkai yang pernah kamu temukan di bumi. Kemudian mereka membawanya naik (ke langit), dan tidaklah para pembawanya melewati seorang malaikat pun malainkan akan bertanya, “Ruh siapakah yang jelek ini?” Mereka menjawab, “(Ruh) fulan bin fulan; seraya menyebutkan nama panggilan yang jelek yang biasa dipanggilkan kepadanya sewaktu di dunia sehingga mereka tiba di pintu langit dunia, kemudian meminta supaya dibukakan pintu untuknya, tetapi malaikat penjaganya tidak membukakannya.” Kemudian Rasulullah saw membacakan ayat Al-Qur`an, “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum.” (Qs. Al-A’raf: 40). Selanjutnya Allah swt berfirman, “Catatlah buku catatan amalannya di Sijjin, yaitu di bagian lapisan bumi paling bawah. Kemudian dikatakan, “Kembalikanlah ruh hamba-Ku ini ke bumi, karena Aku telah berjanji kepada mereka bahwa darinya Aku menciptakan mereka dan kepadanya Aku akan mengembalikan mereka serta darinya Aku akan mengeluarkan mereka pada kesempatan yang lain.” Setelah itu ruhnya dilemparkan dari langit kencang sekali sehingga jatuh menimpa jasadnya.” Rasulullah saw membacakan ayat Al-Qur`an, “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Qs. Al-Hajj: 31). Kemudian ruhnya kembali ke dalam jasadnya.”

    Rasulullah saw bersabda, “Ia (jenazah itu) mendengar bunyi sandal sahabat-sahabatnya jika mereka pergi darinya.”
    Selanjutnya akan datang kepadanya dua malaikat yang keras bentakannya, seraya membentaknya dan mendudukannya. Kemudian keduanya bertanya kepadanya, “Siapa Rabbmu?” Ia berkata, “Ah…Ah, aku tidak tahu.” Keduanya bertanya, “Apa agamamu?” Ia menjawab, “Ah…Ah, aku tidak tahu.” Keduanya bertanya, “Bagaimana pendapatnya tentang seorang laki-laki yang diutus di tengah-tengah kamu?” Ia pun tidak ingat sama sekali namanya, sehingga dikatakan kepadanya, “Muhammad?” Ia menjawab, “Ah…Ah, aku tidak tahu, dan aku hanya orang-orang menyebut-nyebut nama tersebut.”

    Rasulullah saw bersabda, Dikatakan kepadanya, “Kamu tidak tahu, dan tidak mau mengikuti orang-orang yang tahu.” Kemudian terdengar suara penyeru yang berseru dari langit, “Sungguh ia pendusta, maka hamparkanlah untuknya permadani dari neraka dan bukakanlah untuknya pintu menuju ke neraka. Saat itu ia akan merasakan panasnya kuburannya menghimpitnya, sehingga tulang-tulang rusuknya hancur berantakan.”

    Selanjutnya akan datang kepadanya –dalam riwayat lain: diumpamakan kepadanya- seorang laki-laki yang berwajah buruk, berpakaian compang-camping serta menyebarkan bau busuk bangkai, seraya berkata, “Aku akan mengabarimu sebuah kabar yang tidak mengenakkanmu. Ini adalah hari yang dahulu kamu dijanjikan.” Ia (jenazah itu) menjawab, “Juga bagimu, semoga Allah mengabarimu sebuah kabar yang buruk, siapakah kamu ini? Wajahmu adalah wajah orang yang selalu melakukan keburukan.” Laki-laki itu menjawab, “Aku ini adalah amalanmu yang jelek. Demi Allah, aku tidak mengetahuimu, selain kamu adalah orang yang selalu melalaikan ketaatan kepada Allah serta bersegera dalam melakukan kemaksiatan kepada Allah hingga Allah membalasmu dengan kejelekan.”

    Kemudian laki-laki itu berubah menjadi buta, tuli dan bisu sementara pada tangannya tergenggam sebuah palu godam yang jika sebuah gunung dipukul dengannya, maka gunung itu akan hancur manjadi tanah. Kemudian Allah mengembalikannya seperti keadaan semula, dan laki-laki itu memukulnya lagi satu kali pukulan sehingga ia menjerit keras sekali yang didengar setiap makhluk selain manusia dan jin. Juga dibukakan untuknya pintu neraka serta dihamparkan permadani ke neraka, sehingga ia pun bertanya, Wahai Tuhanku, janganlah Engkau melaksanakan kiamat”.’

    Rasulullah SAW bersabda:
    Sesungguhnya alam kubur itu tahap pertama kehidupan akhirat. Jika seseorang selamat pada tahap pertama itu, maka ringanlah pada tahap-tahap berikutnya. Namun, jika tidak selamat pada tahap pertama, maka untuk tahap-tahap selanjutnya lebih dahsyat."
    Ibnu ‘Abbas berkata Rasulullah SAW lewat dua kuburan kemudian beliau bersabda:
    "Kedua penghuni kuburan ini sedang disiksa. Mereka disiksa (menurut pandangan mereka) bukan karena suatu dosa besar. Yang seorang suka mengadu domba kesana kemari, sedangkan yang satunya lagi ia kurang seksama ketika bersuci dari air kencing." Maka beliau memerintahkan untuk diambilkan pelepah kurma yang basah. Lalu beliau belah menjadi dua (dan beliau tancapkan di kuburan itu) seraya bersabda: "Semoga siksa kubur keduanya diringankan hingga kedua pelepah ini kering."
    Rasulullah SAW juga bersabda:
    "Sesungguhnya seorang hamba apabila telah diletakkan di dalam kuburnya dan ditinggalkan oleh kawan-kawannya, maka ia bisa mendengar derap sandal-sandal mereka, kemudian ia didatangi oleh dua Malaikat, lalu keduanya mendudukkannya dan mengatakan kepadanya: 'Apa yang dulu engkau katakan tentang orang itu, Yakni Muhammad?' Adapun orang Mukmin, maka ia menjawab: 'Aku Bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.' Maka ia diberi tahu: 'Lihatlah kepada tempatmu di Neraka yang telah ditukarkan oleh Allah dengan suatu tempat di Surga.' Rasulullah SAW menjelaskan: 'Ia pun melihat dua tempat itu semuanya.' Adapun orang kafir dan munafik, kedua Malaikat itu berkata kepadanya: 'Apa yang dulu engkau katakan tentang lelaki ini?' Maka ia menjawab: 'Aku tidak tahu, dahulu aku berkata dengan apa yang dikatakan orang lain.' Kedua Malaikat itu berkata: 'Engkau tidak mengetahui dan tidak pernah membaca.' Lalu iadipukul dengan gondam dari besi tepat diantara kedua telinganya, hingga menjerit dengan jeritan yang keras serta dapat didengar oleh (seluruh) makhluk yang diatasnya selain manusia dan jin."
    Rasulullah SAW juga bersabda: "Sesungguhnya jika salah seorang diantara kamu mati, disiapkan tempat baginya pada pagi dan sore hari. Jika dia dari penghuni jannah, maka dia dimasukkan sebagai penghuni jannah. Jika dia dari penghuni neraka, maka dia dimasukkan sebagai penghuni neraka. Lalu dikatakan kepadanya: "Ini tempatmua, sehingga Allah membangkitkannya pada hari Kiamat."
    Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang berbicara tentang alam kubur, bahkan ia sampai kepada derajat mutawatir. Demikian juga tentang pertanyaan Munkar dan nakir. Semua itu harus diyakini dan diimani keberadaannya. Dan kita tidak boleh mempertanyakn bagaimananya. Sebab akal memang tidak bisa memahami bentuk sesungguhnya. Karena memang tak pernah mereka alami di dunia ini. Ajaran syari'at juga tidak memberi kemampuan akal untuk menyingkapnya. Kembalinya ruh ke dalam jasad, tak sebagaimana kembalinya ruh itu di dunia (sesudah tidur). Ruh itu kembali dengan cara kembali yang tidak dikenal di dunia ini. Sedangkan ruh itu memiliki lima hubungan dengan tubuh kasar berbeda-beda hukumnya:
    1. Berhubungannya ruh dalam perut ibunya dalam bentuk janin.
    2. Berhubungannya ruh dengan tubuh setelah dikeluarkan ke alam dunia.
    3. Berhubungannya ruh dengan tubuh di kala tidur. Saat itu, disatu sisi ia berpisah dari tubuh, disisi lain ia masih bergantung padanya.
    4. Berhubungannya ruh dengan tubuh di Alam Barzakh. Sesungguhnya meskipun ia meninggalkan tubuh dan berpisah darinya, namun tidak meninggalkannya secara total, sehingga tak menoleh kepadanya sedikitpun. Karena ia masih mendengar detak suara terompah manusia (di atas kubur) samapi menjauh.
    5. Berhubungannya ruh dengan tubuhnya pada hari Kebangkitan, itulah hubungannya yang paling sempurna pada tubuhnya. Karena keberhubungannya yang lain sebelumnya. Karena, keberhubungan itu mengharuskan untuk tidak tidur, mati ataupun rusak. Tidur adalah saudara kematian.
    Wal hasil, alam itu ada tiga: Alam dunia, Alam Barzakh dan Alam Akhirat. Masing-masing alam itu telah Allah berikan kekhususan tersendiri. Allah merakit tubuh manusia dari tubuh kasar dan jiwa. Hukum-hukum dunia ini Allah berikan kepada tubuh, sedangkan ruh hanya mengikut saja. Sementara hukum-hukum di barzakh diberikan kepada ruh, sedangkan tubuh hanya mengikut saja. Apabila tiba Hari Kebangkitan dan keluarnya manusia dari kubur-kubur mereka, maka hukum, kenikmatan dan adzab akan diderikan kepada ruh dan jasad sekalian. Apabila pengertian ini betul-betul kita renungkan, keberadaan alam kubur sebagai taman-taman Jannah atau kubangan-kubangan Naar memang betul sesuai logika. Dan bahwa hal itu benar, tak perlu diragukan lagi. Dengan itu juga akan terbedakan orang-orang yang beriman kepada yang ghaib dari selain mereka. Dan perlu diketahui bahwa api/naar yang ada di alam kubur juga kenikmatan yang ada di dalamnya, tidaklah sejenis dengan api dan kenikmatan di dunia. Meskipun Allah membakar tanah dan batu-batuan yang ada di atas dan dibawahnya (dalam kubur), sehingga lebih panas dari bara di dunia, namun kalau tanah tersebut disentuh oleh penghuni dunia mereka tak akan merasakan apa-apa. Lebih mengherankan lagi, bila dua orang laki-laki dikuburkan bersebelahan. Yang satunya berada dalam kubangan-kubangan api, sedangkan yang lainnya dalam

    Jazaakallahu khoir.

    Kamis, 23 Desember 2010

    Jalan Menuju Kebahagiaan

    Jalan Menuju Kebahagiaan
    Penulis: Al Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah


       Banyak cara dilakukan manusia utk meraih kebahagiaan. Sebagian mereka beranggapan bahwa kebahagiaan bisa diraih dgn banyak harta kedudukan yg terpandang dan popularitas yg pantang surut. tdk heran bila manusia berlomba-lomba mendapatkan itu semua termasuk dgn menggunakan segala cara. Lantas apakah bila seseorang sudah menjadi kaya raya terpandang dan terkenal otomatis menjadi orang yg selalu bahagia? Ternyata tidak! Kalau begitu bagaimana cara meraih kebahagiaan yg benar?
    Mungkin anda termasuk satu dari sekian orang yg tengah berupaya mencari cara utk mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidup. Sehingga anda sibuk membolak-balik majalah tabloid dan semisal atau mendatangi orang yg berpengalaman utk mencari kiat-kiat hidup bahagia. Mungkin kiat sudah anda dapatkan namun ketika dipraktekkan kebahagiaan dan ketenangan itu tdk kunjung datang. Sementara kebahagiaan dan ketenangan hidup merupakan salah satu kebutuhan penting apalagi bila kehidupan selalu dibelit dan didera dgn permasalahan kesedihan dan kegundah gulanaan akan semakin terasalah butuh kebahagian atau paling tdk ketenangan dan kelapangan hati ketika menghadapi segala masalah.
    Seperti semua orang hampir sepakat bahwa bahagia tdk sepenuh diperoleh dgn harta dan kekayaan krn berapa banyak orang yg hidup bergelimang harta namun mereka tdk bahagia. Terkadang malah mereka belajar tentang kebahagiaan dari orang yg tdk berpunya.
    Sebenar kebahagiaan hidup yg hakiki dan ketenangan hanya didapatkan dlm agama Islam yg mulia ini. Sehingga yg dapat hidup bahagia dlm arti yg sebenar hanyalah orang2 yg berpegang teguh dgn agama ini. Ada beberapa cara yg diajarkan agama ini utk dapat mencapai hidup bahagia di antara disebutkan oleh Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah dlm kitab Al-Wasailul Mufidah lil Hayatis Sa‘idah:
    1. Beriman dan beramal shalih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
    مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَياَةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ ماَ كَانُوا يَعْمَلُوْنَ
    “Siapa yg beramal shalih baik laki2 ataupun perempuan dlm keadaan ia beriman mk Kami akan memberikan kepada kehidupan yg baik dan Kami akan membalas mereka dgn pahala yg lbh baik daripada apa yg mereka amalkan.”
    Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ini adl janji dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang yg beramal shalih yaitu amalan yg mengikuti Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala baik dari kalangan laki2 maupun perempuan dari keturunan Adam sementara hati beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji utk memberikan kehidupan yg baik bagi di dunia dan membalas di akhirat dgn pahala yg lbh baik daripada amalannya. Kehidupan yg baik mencakup seluruh kesenangan dari berbagai sisi. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma dan sekelompok ulama bahwa mereka menafsirkan kehidupan yg baik dgn rezki yg halal lagi baik sementara Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu menafsirkan dgn sifat qana’ah demikian pula yg dikatakan Ibnu ‘Abbas ‘Ikrimah dan Wahb bin Munabbih. Berkata ‘Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu ‘Abbas: “Sesunggguh kehidupan yg baik itu adl kebahagiaan.” Al-Hasan Mujahid dan Qatadah berkata: “Tidak ada bagi seorang pun kehidupan yg baik kecuali di surga.” Sedangkan Adh-Dhahhak mengatakan: “Ia adl rizki yg halal dan ibadah di dunia serta beramal ketaatan dan lapang dada utk taat.” Yang benar dlm hal ini adl kehidupan yg baik mencakup seluruh perkara tersebut.”
    2. Banyak mengingat Allah krn dgn dzikir kepada-Nya akan diperoleh kelapangan dan ketenangan yg berarti akan hilang kegelisahan dan kegundah gulanaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
    أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبِ
    “Ketahuilah dgn mengingat kepada Allah akan tenang hati itu.”
    3. Bersandar kepada Allah dan tawakkal pada-Nya yakin dan percaya kepada-Nya dan bersemangat utk meraih keutamaan-Nya. Dengan cara seperti ini seorang hamba akan memiliki kekuatan jiwa dan tdk mudah putus asa serta gundah gulana. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
    وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
    “Siapa yg bertawakkal kepada Allah mk Allah akan mencukupinya.”
    4. Berbuat baik kepada makhluk dlm bentuk ucapan maupun perbuatan dgn ikhlas kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
    لاَ خَيْرَ فِي كَثِيْرٍ مِّنْ نَجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوْفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغآءَ مَرْضَاةِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ أَجْرًا عَظِيْماً
    “Tidak ada kebaikan dlm kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yg menyuruh utk bersedekah atau berbuat kebaikan dan ketaatan atau memperbaiki hubungan di antara manusia. Barangsiapa melakukan hal itu krn mengharapkan keridhaan Allah niscaya kelak Kami akan berikan pada pahala yg besar.”
    Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah berkata menafsirkan ayat di atas: “Yakni tdk ada kebaikan dlm kebanyakan pembicaraan di antara manusia dan tentu jika tdk ada kebaikan mk bisa jadi yg ada adl ucapan tdk berfaedah seperti berlebih-lebihan dlm pembicaraan yg mubah atau bisa jadi kejelekan dan kemudlaratan semata-mata seperti ucapan yg diharamkan dgn seluruh jenisnya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengecualikan: “Kecuali bisikan-bisikan dari orang yg menyuruh utk bersedekah” dari harta ataupun ilmu atau sesuatu yg bermanfaat bahkan bisa jadi masuk pula di sini ibadah-ibadah seperti bertasbih bertahmid dan semisal sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguh tiap tasbih adl sedekah tiap takbir adl sedekah dan tiap tahlil adl sedekah. Demikian pula amar ma‘ruf merupakan sedekah nahi mungkar adl sedekah dan dlm kemaluan salah seorang dari kalian ada sedekah .”
    5. Menyibukkan diri dgn mempelajari ilmu yg bermanfaat.
    6. Mencurahkan perhatian dgn apa yg sedang dihadapi disertai permintaan tolong kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa banyak berangan-angan utk masa yg akan datang krn akan berbuah kegelisahan disebabkan takut/ khawatir menghadapi masa depan dan juga tanpa terus meratapi kegagalan dan kepahitan masa lalu krn apa yg telah berlalu tdk mungkin dapat dikembalikan dan diraih. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجزْ، وَإِذَا أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَل الشَّيْطَانِ
    “Bersemangatlah utk memperoleh apa yg bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah dan janganlah lemah. Bila menimpamu sesuatu janganlah engkau berkata: “Seandai aku melakukan ini niscaya akan begini dan begitu” akan tetapi katakanlah: “Allah telah menetapkan dan apa yg Dia inginkan Dia akan lakukan” krn sesungguh kalimat ‘seandainya’ itu membuka amalan syaithan.”
    7. Senantiasa mengingat dan menyebut ni’mat yg telah diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala baik ni’mat lahir maupun batin. Dengan melakukan hal ini seorang hamba terdorong utk selalu bersyukur kepada-Nya sampaipun saat ia ditimpa sakit atau berbagai musibah lainnya. Karena bila ia membandingkan keni’matan yg Allah Subhanahu wa Ta’ala limpahkan pada dgn musibah yg menimpa sungguh musibah itu terlalu kecil. Bahkan musibah itu sendiri bila dihadapi dgnsabar dan ridha merupakan keni’matan krn dengan dosa-dosa akan diampuni dan pahala yg besar pun menanti.
    8. Selalu melihat orang yg di bawah dari sisi kehidupan dunia misal dlm masalah rezki krn dgn begitu kita tdk akan meremehkan ni’mat Allah yg diberikan-Nya kepada kita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
    “Lihatlah orang yg di bawah kalian dan jangan melihat orang yg di atas kalian krn dgn lbh pantas utk kalian tdk meremehkan ni’mat Allah yg dilimpahkan-Nya kepada kalian.”
    9. Ketika melakukan sesuatu utk manusia jangan mengharapkan ucapan terima kasih ataupun balasan dari mereka namun berharaplah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga engkau tdk peduli mereka mau berterima kasih atau tdk dgn apa yg telah engkau lakukan sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang ucapan hamba-hamba-Nya yg khusus:
    إِنَّماَ نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لاَ نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزآءً وَلاَ شُكُوْراً
    “Kami memberi makan kepada kalian hanyalah krn mengharap wajah Allah kami tdk menginginkan dari kalian balasan dan tdk pula ucapan terima kasih.”
    Demikian beberapa hal yg bisa dilakukan utk mencapai ketenangan dan kebahagiaan hidup. Sebagai akhir teruntai doa kepada Rabbul ‘Izzah :
    اللّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِيْنِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيْهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادِيْ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلَِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
    “Ya Allah perbaikilah bagiku agamaku yg agama ini merupakan penjagaan perkaraku dan perbaikilah bagiku duniaku yg aku hidup di dlm dan perbaikilah bagiku akhiratku yg merupakan tempat kembaliku dan jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagiku dlm seluruh kebaikan dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari seluruh kejelekan.”
    Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.